makalah
makna globalisasi dan potret perbankan nasional
oleh
kelompok 9
1. Mike poceratu
2. frensky lekatompessy
3. stevi maalete
4. anita belseran
5. mahjud bahta
UNIVERSITAS PATTIMURA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIDKAN EKONOMI
AMBON
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat
Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa memberikan rahmat dan karunianya, sehingga
penulis diberi kemampuan dan kesanggupan untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Makalah yang berjudul ”Makna Globalisasi dan Potret Perbankan Nasional” ini disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ekonomi Indonesia
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih banyak terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai
pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami mengucapkan
banyak-banyak terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam
penyelesaian makalah ini, dengan harapan semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada kita semua.
DAFTAR ISI
LEMBARAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
v Latar
belakang masalah
v
Tujuan dan manfaat penulisan
BAB II PEMBAHASAN MASALAH
A.
MAKNA
GLOBALISASI
v Perkembangan
Lanjutan Kapitalisme
v Apakah
Globalisasi Tidak terhentikan?
v Sistem
Bretton Woods sebagai titik tolak
B. POTRET PERBANKAN NASIONAL
v Overekspansi
, Lalu Sekarat
v Kerangka
dasar yang harus diciptakan
v Menuju
kondisi ideal
BAB III PENUTUP
v
Kesimpulan
v Saran
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
banyak hal, globalisasi mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan
internasionalisasi sehingga kedua istilah ini sering dipertukarkan. Sebagian
pihak sering menggunakan istilah globalisasi yang dikaitkan dengan berkurangnya peran negara
atau batas-batas negara. Pengertian Menurut asal katanya, kata
"globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal.
Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah
suatu proses menjadikan
sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini
tanpa dibatasi oleh wilayah Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan,
kecuali sekedar definisi kerja (working
definition), sehingga bergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang
memandangnya
sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan
membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain,
mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko- eksistensi dengan
menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat. Di sisi
lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-
negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau
curiga terhadapnya.
Krisis nilai
tukar kemudian merambah dengan cepat ke sector perbankan Indonesia yang
ternyata memang lemah .kepanikan terpicu dan dengan cepat meluas karena
masyarakat dan bank – bank komersional yang mengelolah sebagian besar rupiah
yang beredar tidak lagi percaya terhadap rupiah.
. B. Tujuan dan manfaat penulisan
Adapun
tujuan dan manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1.
Sebagai salah satu nilai tugas pada mata kulia
Ekonomi Indonesia
2.
Mengetahui perekonomian Indonesia pada masa
penjajahan
3. Mengetahui gambaran
globalisasi dan perbankan nasional
BAB II
PEMBAHASAN
A.MAKNA GLOBALISASI
Globalisasi
adalah sebuah istilah yang memiliki hubungan dengan peningkatan keterkaitan dan
ketergantungan antarbangsa dan antar manusia di seluruh dunia dunia melalui
perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi
yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. Globalisasi
adalah suatu proses di mana antarindividu, antarkelompok, dan antarnegara saling
berinteraksi, bergantung, terkait, dan
mempengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara.
1.
Perkembangan Lanjutan Kapitalisme
Ada dua pilar utama yang menopang sistem kapitalisme
modern ,yaitu : Pasar Uang dan Pasar Modal
Pada awal 1970-an perkembangan kapitalisme mencapai
tahap keemasan dan pola perkembangan teknologi pada saat itu banyak mengadopsi
perkembangan teknologi tinggi (high technology) akan tetapi ketika di-era
1990-an globalisasi datang maka pola perkembangan teknologi berubah menjadi
lebih humanis dan penuh cita rasa.
Gelombang globalisasi yang melanda seantero dunia
sejak dekade 1980-an jauh berbeda dari segi intensitas dan cakupannya.
Globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuk yang paling mutakhir.
Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan
negara- negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab,
globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan
berpengaruh terhadap bidang- bidang lain seperti bisnis budaya ,Politik dan
agama.
2 Apakah Globalisasi Tidak terhentikan?
Banyak kalangan mengangap bahwa globalisasi merupakan keniscayaan sejarah
oleh karena itu tidak dapat dihentikan .pandangan ini muncul sebagai reaksi
dari pendapat sementara kalangan yang sangat prihatin terhadap kecenderungan perkembangan ekonomi
dunia yang kian tak menentu dan rentan gejolak sebagai akibat dari arus
financial global yang semakin liar.
Dewasa ini produksi ,perdagangan dan
investasi global terpusat didalam dan diantara tiga kawasan besar,sehingga
sementara kalangan menjulukinya sebagai “Global triad”.Global triad ini pada
tahun 1993 menguasai tigaperempat perdagangan dunia dan memberikan kontribusi
sebesar 90% bagi arus investasi asing langsung dunia.
Dikalangan
akademisi barat sendiri semakin banyak bermunculan kritik terhadap tatanan
ekonomi global ,baik mekanisme maupun kelembagaan yang turut mengaturnya yakni
IMF.
3 3
Sistem Bretton Woods sebagai titik tolak
Periode antar perang dunia
(1918-1939) ditandai oleh gejolak tak terkendali yang pada gilirannya menyeret
ekonomi dunia ke lembah depresi terdalam selama era peradaban modern.dalam
keadaan ini inflasi melambung sementara
pada waktu yang bersamaan lapangan kerja dan kapasitas produksi turun drastis
karena kerusakan akibat perang. Dalam waktu yang singkat keadaan ini
menghasilkan hiperinflasi yang tidak terkendali .
Menyadari bahwa tatanan ekonomi
dunia sudah diambang kebangkrutan , Negara-negara yang menang perang berinisiatif
menyusun arsitektur baru tata ekonomi dunia.mereka mengadakan pertemuan di
Bretton Woods yang melahirkan sistem moneter internasional dengan IMF sebagai
lembaga multirateralnya dan bank dunia yang berfungsi membantu rehabilitasi dan
rekonstruksi Negara-negara yang porak-poranda akibat perang.
Pada tahun 1947 tercapai kesepakatan
yang melibatkan banyak Negara dan melahirkan GATT (General Agreement on Trade
and Tariffs ) .Ketiga lembaga multilateral (IMF,Bank Dunia dan GATT) inilah
yang menjadi pilar utama bagi tegaknya kapitalisme internasional
C. POTRET PERBANKAN NASIONAL
1. Overekspansi
, Lalu Sekarat
Krisis perbankan di Indonesia dewasa ini tergolong
paling parah dan relative termahal di dunia sepanjang abad lalu.Beban biaya yang ditanggung oleh
perekonomian mencapai 47% dari Produk Domestik Bruto.diakibatkan gelombang
krisis yang berawal pada bulan Juni 1997.
Ada dua penyebab utama kehancuran
perbankan Indonesia :
a) Terlalu
longgarnya aturan perbankan terutama sejak digulirkannya paket Oktober 1988.
b) Bank
dan sector real kian terintegrasi di dalam jalinan kepemilikan seseorang atau
sekelompok orang yang sama.
Ketidakberesan sector
perbankan sebenarnya sudah tampak jauh sebelumnya berupa meningkatnya kasus
kredit macet.Masalah kredit macet merupakan contoh percikan dari lingkungan
usaha penuh KKN.salah satu penyebabnya adalah diduga karena adanya kolusi
antara pengelola bank dan debitor.padahal sector perbankan adalah usaha yang
sangat mengandalkan pada kepercayaan masyarakat.
Dipihak
lain permasalahan-permasalahan pokok
yang di hadapi sector perbankan Indonesia adalah :
1. Semakin
besarnya jumblah kredit macet banyak pengamat menilai jumblahnya telah mencapai
tingkat yang mengkhawatirkan.
2. Masih
lemahnya manajemen perbankan nasional,termasuk pengawasan oleh Bank Indonesia.
3. Menyalurkan
KUK cenderung kurang mencapai sasaran,kebanyakan bank hanya mengejar target
yang telah ditentukan pemerintah (otoritas moneter),sehingga alokasinya tidak
selektif,yang di harapkan,yakni memperluas akses bagi pengusaha lemah/kecil
untuk memperoleh kredit.
4. Penyaluran
kredik untuk sektor-sektor yang produktif dan kompetitif semakin terbatas
karena adanya praktik_praktik monopoli,Oligopoli,rent seeking,dan ketidak
pastian penyaluran kredit khususnya untuk proyek_proyek besar yang banyak.
Untuk
melakukan penyelamatan terhadap kehancuran total perbankan nasional telah di
terpa krisis,tampaknya tidk ada pilihan lain bagi pemerintah kecuali dengan
mengeluarkan keputusan untuk menjamin sepenuhnya seluruk produk
perbankan.dengan demikian,pemerintah telah menempuh kebijakan dengan cara
mengambil alih segala konsekuensi dari dampak krisis ekonomi yang mulai meland
Indonesia pada paru kedua tahun 1997 terhadap sector perbankan sekaligus menangung
beban atas kebobrokan dari sepak terjang
dunia perbankan,terutama setelah pemerintah merabilitasikan sector ini pada
oktober 1988.
2.
Kerangka
dasar yang harus diciptakan
Sector
perbankan pada dasarnya tidak bisa lepas kaitanya dengan sektor real.keduanya merupakan satu kesatuan utuh
yang memiliki satu jiwa.jika salah satu menderita sakit,yang lain otomatis akan
tertularkan. Oleh karena itu,penyelesain kemelut perbankan seharusnya merupakan
bagian utuh dari restorasi dari perekonomian yang komperenshif. Selain itu
mengingat karakteristik perekonomian Indonesia adalah terbuka,maka dimensi
internasional dan fenomena globalis perlu menjadi perhatian dalam upaya
penataan perbankan nasional.
Sebelum
sampai pada langka-langka pembenahan lebih lanjut,kiranya perlu dipikirkan
secara matang mengenai pembagian beban biaya restrukturisasi perbankan yang
lebih adil.skema perbankan yang diterapkan dewasa ini sangat membebankan rakyat
sebagaiman yang terlihat dari besarnya biaya restrukturisasi yang muncul di
APBN.penyelesain yang lebih realistis adalah dengan membagi beban diantara
pemilik bank,kreditor dan pemerintah.
3.
Menuju
kondisi ideal
Kehancuran
sektor perbankan ,antara
lain, karena kurang mengindakan
prinsip-prinsip dasar ekonomi, khususnya
prinsip keunggulan komparatif ( comparative
advantage), sehingga
mengakibatkan alokasi kredit terkonsentrasi pada usaha-usaha yang tidak
memiliki pijakan kuat untuk bersaing atau yang sangat diproteksi oleh
pemerintah atau dikenal pula sebagai kegiatan-kegiatan usaha pemburu rente.
Dunia
perbankan harus betul-betul mulai mengubah orientasi kegiatanya yang selama ini
sangat terpusat di Jakarta khususnya dan jawa umumnya.era otonomi memberikan
peluang bagi semua daerah untuk mengaktualisasikan segala potensi terbaik
secara optimal.untuk mewujutkan keadaan tersebut,maka berlaku proposisi bahwa
pada dasarnya segala persoalan sepatutnya diserahkan kepada daerah untuk
mengidentifikasikan,merumuskan dan memecahkannya, kecuali
untuk persoalan-persoalan yang memang tidak diselesaikan oleh daerah itu
sendiri dalam perspektif keutuhan Negara-bangsa .kalau kondisi di atas dapat
diciptakan,maka secara alama akan terbentuk suatu struktur perbankan yang
kokoh.beberapa bank besar pun akan mendominasi pasar dengan segmen yang
berbeda-beda. Sementara itu,ada cukup banyak bank kecil yang beroperasi dengan
segmen yang sangat spesifif.